UNTUKMU NEGERIKU

20.55 Posted In , , , Edit This 1 Comment »
 
Monolog Seorang Bekas Pejuang
Adegan 1
Pada sebuah rumah tua, berdinding bambu, gentingnya sudah banyak yang bocor. Di atas meja ada radio tua yang menyiarkan langgam jawa, di sebelahnya secangkir kopi masih mengepulkan asap.
Lelaki Tua
:
(Memakai kopiah dan sarung melilit leher. Duduk di kursi sambil merokok. Pandangannya menerawang) Hidup dan kehidupan memang cepat berubah. Aku hanya kumpulan tulang sisa masa lampau yang pahit. Masa silam yang getir. Hanya itu .... (Membuka bungkusan di atas lemari) Sebuah kebanggaan terhadap cita-cita yang luhur. (Memakai topi veteran, lalu memeluk bendera merah putih yang kusam) Perjuangan dan Pengorbanan. Demi namamu, darahku menjadi peluh airmata telah kering, bahkan nyawa teman, saudara, bahkan kekasih telah kau ambil. Tetapi semuanya telah dibayar lunas dalam wangi warnamu. Indonesia. (menitikkan airmata. Menghela nafas berat)
Adegan 2
Sebuah jalanan kota yang ramai dengan berbagai aktivitas. Seorang pemuda dan penjual nasi muncul bersamaan dari arah yang berbeda.
Penjual
:
(Mulai menggelar dagangannya)
Pemuda 1
:
(Hanya lewat)
Ibu
:
(Menghampiri penjual nasi) Satu, Bu!
Penjual
:
Silakan!
Pemuda 2 dan pemudi 1 masuk sambil membawa koran terbitan Jepang.
Pemuda 2
:
Akhirnya kita akan merdeka.
Pemudi 1
:
Perjuangan kita tidak sia-sia.
Kakek
:
Pelan-pelan saja.
Pemuda 1
:
Ayo kita harus cepat, nanti kehabisan obat.
Pemudi 2
:
(Langsung membeli nasi)
Pak Lurah
:
Rupanya semua berkumpul di sini.
Tiba-tiba tentara Jepang datang, semua menyambut dengan baik.
Tentara Jepang
:
(Berpidato) Perhatian. Ada pengumuman penting, dengarkan: Kami beritahukan kepada kalian semua bahwa kami datang untuk kemakmuran asia. Kejayaan asia raya. Dengan semboyan Hakko Ichiu kami akan membela kalian semua. Sebab, negeri asia hanya untuk orang-orang asia.
Pak Lurah
:
Hidup Asia!
Pemuda 1
:
Hidup Pelindung Asia!
Pemudi 2
:
Hidup Cahaya Asia!
Orang Tua
:
Hidup Saudara Tua!
Semua orang bersorak-sorak mengelukan kedatangan Jepang.
Tentara Jepang
:
Bagus. Tetapi perlu kalian semua perhatikan bahwa kalian harus mematuhi peraturan Jepang. Pertama, kalian tidak boleh mengibarkan bendera Belanda dan Merah Putih, kedua dilarang memasang gambar Ratu Belanda, ketiga dilarang mendengarkan siaran radio luar negeri, dan terakhir setiap orang wajib menyerahkan padi kepada pemerintahan Jepang. Selain itu, semua orang wajib hormat kepada orang Jepang.
Orang-orang yang berkumpul kebingungan dan saling bertanya.
Adegan 3
Janji Jepang hanya mengakibatkan penderitaan. Propaganda Jepang menyebabkan kekacauan ekonomi, melakukan terror polisi militer melalui Kenpeitei, dan yang paling besar adalah pelaksanaan kerja paksa yang disebut Romusha bagi orang pribumi.
Ada enam orang yang jongkok dengan badan lemas. Mereka menahan rasa sakit yang dalam.
Tentara Jepang
:
(Masuk sambil menendang dua orang yang sudah hampir mati) Pribumi Goblok. Ayo kerja.
Orang-Orang
;
Ampun tuan. Ampun. Jangan siksa kami. Kami lapar. Minta air tuan.
Tentara Jepang
:
Bedebah. Ayo kerja. Mau kencing kuda. Mati saja semua. (mencambuk, memukul, menendang, menghantam, menginjak)
Di sebuah rumah sederhana.
Ibu
:
(menimang anaknya dengan penuh kasih sayang)
Anak
:
(sibuk bermain mobil-mobilan dari kulit jeruk) Maem... lapar. (hampir menangis).
Ibu
:
Sabar le, turu wae yo!
Anak
:
(menurut)
Ibu
:
Urip iku mung ngayuh pangartining budi. Kabeh menungso mesti lahir, urip, terus mati. Mulo kudu eling lan waspodo.
(nembang lir-ilir)
Adegan 4
Terdengar siaran radio yang berisi pidato Bung Karno serta pembacaan teks proklamasi.
Lelaki Tua
:
(tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya) Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Di luar, tampak orang-orang merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia, semua bergembira.
Lelaki Tua
:
Sekali merdeka tetap merdeka
Kemerdekaan itu hanyalah awal dari perjuangan. Perjuangan yang sangat panjang. Melawan penjajah, melawan sekutu, melawan bangsa sendiri, kemudian melawan segala keangkuhan diri kita masing-masing.
Hidup ini terlalu singkat sebelum kita dapat berbuat banyak. Membangun merah putih. Negeri Indonesia.
Alunan biola menyayat kepedihan malam, menghantar seorang bekas pejuang mengakhiri monolognya.
tamat











1 comments:

Unknown mengatakan...

Assalamu alaikum.
Saya minta ijin untuk memainkan naskah ini. Nama penulis dan judul naskah tetap akan saya sebut dan cantumkan.
Semoga kiranya diijinkan.
Terima kasih...

Wassalam