MALAM BULAN PURNAMA

00.30 Edit This 2 Comments »
MALAM BULAN PURNAMA

Ditulis oleh Aga Shakti Kristian
Para Pemain:
Fatima
Aisyah
Fikri
Joni
Pertiwi
Ratri
Anak1
Anak2
Anak3
Anak4


Seperti kebiasaan yang dilakukan di desa ini. Sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Agung. Masyarakat hidup rukun dan damai, karena sepanjang tahun hasil bumi sangat melimpah.
Pada setiap malam bulan purnama, anak-anak berkumpul di tanah lapang untuk bermain. Mereka meliapkan kebahagiaan dengan menyanyi dan menari hingga kokok ayam jantan yang pertama terdengar sebagai tanda datangnya pagi.
Anak-anak sedang bermain petak umpet. Salah seorang anak menghitung mulai satu sampai sepuluh. Sedangkan yang lain mencari tempat untuk bersembunyi. Sampai pada saat tertentu si anak penjaga berhasil menemukan persembunyian anak-anak yang lain. Lalu mereka bersama-sama menyanyi.
Nyanyian:
Terang bulan
Benderang di tanah lapang
Hati girang
Nyanyi riang
Terang bulan
Benderang di tanah lapang

1. Fatima (ikut menyanyi. Setelah selesai segera duduk di pinggir. Anak-anak yang lain melanjutkan permainan)
2. Fatima Malam ini sungguh indah tetapi terasa sepi tanpa kehadiran teman-teman. Apakah mereka lupa atau sengaja mengingkari janji? Bukankah biasanya mereka sudah datang untuk memulai permainan yang baru?
3. Anak-anak (berkejaran di antara Fatima)
4. Fatima Hai, hentikan, pergi sana, jangan maen di sini. Aku sedang tidak ingin bermain.
5. Anak-anak Huuu….huuu. Dasar anak egois!
Tiba-tiba teman-teman Fatima muncul secara bersama-sama sambil berteriak-teriak.
6. Joni Dasar anak yang aneh.
7. Pertiwi Sudah aneh bodo lagi.
8. Aisyah Kenapa tadi tidak kita jeburkan ke kolah sekalin, biar tahu rasa.
9. Fikri Maaf Fat, kita terlambat. Ada hal yang harus kita kerjakan dahulu. Sesuatu yang sangat penting.
10. Fatima Ah…sudahlah. Bagaimana dengan rencana kita malam ini?
11. Joni Tetap pada kesepakatan awal, kita akan ke rumah Pak Karto.
12. Aisyah Tapi ia punya anjing yang besar dan suka menggonggong, galak. Aku tidak mau ikut, takut.
13. Pertiwi Asalkan kita tidak berisik semua pasti aman. Pasti lancer. Tunggu apa lagi? Ayo berangkat!
14. Joni Tidak bisa, kamu sudah lupa Wi? Akulah yang jadi pemimpinaku yang berhak menentukan kapan kita berangkat. Mau melawan?
15. Fikri Sudahlah Jon, pertiwi hanya bercanda.
16. Joni Ayo kalau berani. Baiklah kalau begitu sekarang kita susun rencana.
17. Pertiwi Tugasku apa Jon?
18. Joni Kamu dan Ais bagian mengawasi keadaan, sedangka Fatima yang akan masuk bersama kami.
19. Aisyah Bagaimana kalau ada orang lewat?
20. Fatima Kamu cukup memberikan isyarat seperti biasa.
21. Pertiwi (menyuarakan suara tertentu) Seperti ini?
22. Fikri Ta, tapi perlu ditambah seperti ini. (menyuarakan suara tertentu)
23. Joni Ok. Kalau kita siap, mari berangkat.
Tiba-tiba Ratri yang memang berkaki pincang datang dengan mata tertutup kain.
24. Ratri Rupanya kalian di sini. Kenapa kalian tadi meninggalkan aku, kalian jangan berlari terlalu cepat.
25. Joni O…ya, Tri. Sekarang tebak siapa yang dapat kau tangkap!
26. Fikri Ayo Tri! Kamu bisa menangkap kami sekarang, ayo.
27. Aisyah Sebelah sini!
28. Pertiwi Awas ada lobang!
29. Fatima Ya…ya…sebelah kanan, kiri, kanan, kiri, kanan lalu kiri lagi.
Lalu mereka bersama-sama mendorong Ratri hingga terjatuh, tetapi tidak segera menolong malah tertawa.
30. Fatima Dasar pincang.
31. Fikri Anak cacat dilarang bermain di sini.
32. Joni (menirukan cara berjalan seekor monyet) Tunggu teman-teman tunggu, tunggu aku.
33. Ratri (tertunduk sedih dan mulai menangis)
34. Aisyah Sudah jelek, cengeng, pergi sana.
35. Pertiwi Pergi yang jauh, jangan ikut kami.
36. Joni Ayo teman-teman kita tinggalkan saja.
37. Ratri (menangis) apa salahku? Mengapa mereka tidak mau bermain denganku? Mengapa semua menghinaku? Mereka semua jahat.
Anak-anak yang lain perlahan-lahan mendekati Ratri. Berusaha menghibur dan mengajaknya bermain.
Ratri yang semula sedih kini mulai terlihatkembali bersemangat karena merasa mendapat teman baru. Lalu mereka kembali bermain dan bernyanyi.
Nyanyian:
Bila malam telah datang
Burung bangau kembali ke sarang
Betapa hati menjadi tenteram
Bersama teman bernyanyi dan tertawa
38. Aisyah Tolong! Tolong…tolong.
39. Joni Tolong….(sambil memapah Fatima yang kesakitan)
40. Fatima (menangis kesakitan) Aduh, sakit! Sakit!
41. Ratri Apa yang terjadi? Kaki Fatima kenapa, mengapa berdarah?
42. Pertiwi Ini semua gara-gara Joni!
43. Joni Kok aku, kan tadi kalian semua sudah setuju.
44. Ratri Sudahlah. Biar aku lihat (mengeluarkan saputangan dan langsung membalut luka di kaki Fatima) Kenapa kalian tidak jera, kemarin kan sudah di peringatkan oleh Pak Karto. Kalau mau mangga, kalian boleh memintanya tapi jangan mencuri. Tetapi kalian bandel, ya begini akibatnya.
45. Fikri Mengapa kamu mau menolong Fatima, padahal tadi dia menghinamu? Seharusnya kamu marah kepada kami.
46. Ratri Apa gunanya marah? Kita tidak boleh saling mendendam. Kita wajib saling menolong.
47. Pertiwi Benar! Ternyata kamu baik sekali Ratri. Maafkan kami yang telah menghinamu. Kami sadar kami yang salah.
48. Joni Kami berjanji tidak akan mengulanginya. Sekarang lebih baik kita membawa Fatima pulang.
Akhirnya, tindakan yang salah pasti mendapat balasan yang sesuai. Kini seiring perkembangan zaman, maka sudah jarang ada anak yang memainkan permainan tradisional pada saat malam bulan purnama.
Tamat.

2 comments:

Anonim mengatakan...

MERDEKAA.............

Anonim mengatakan...

yo ngono rek, arek pelengi UM saiki duwe blog, teruslah berjuang tambahi artike2 nya.. peace and love buat semua